Fenomena Bendera One Piece Berkibar Jelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Apa Artinya?

04 Agustus 2025
308

Jurnalmedia.co - Menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI muncul fenomena seruan pengibaran Bendera One Piece di media sosial.

Bendera One Piece yang dimaksud yakni bendera hitam bergambar tengkorak yang mengenakan topi Jerami atau bendera Jolly Roger milik Luffy atau kru bajak laut dalam anime dan manga One Piece karya Eiichiro Oda, di sejumlah rumah dan kendaraan.

Dalam sejarah dunia, simbol ini sering digunakan untuk menandakan peringatan akan bahaya atau ancaman.

Pengibaran bendera gambar tengkorak dan tulang bersilang ini dikibarkan oleh sebagian masyarakat sebagai ekspresi kekecewaan terhadap kinerja pemerintah. Selain itu juga dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap keadaan sosial dan politik yang ada.

Selain itu, pengibaran Jolly Roger Luffy di momen HUT RI bisa jadi merupakan cerminan dari pemaknaan ulang nilai-nilai kebebasan oleh generasi baru. 

Lalu apa arti dari bendera Jolly Roger Topi Jerami?

Dikutip dari situs Gamerant, Jolly Roger atau bendera bajak laut One Piece merupakan representasi dari identitas, keyakinan, dan mimpi sebuah kelompok.

Jolly Roger milik Monkey D. Luffy dan Kru Topi Jerami merupakan salah satu yang paling ikonik.

Dikutip dari listy.fr, simbol Jolly Roger terdiri dari dua elemen utama:

1. Tengkorak dan Tulang Bersilang

Secara tradisional, ini adalah simbol kematian dan peringatan untuk tidak main-main.


Dalam konteks One Piece, ini adalah deklarasi penolakan terhadap aturan yang menindas. Selain itu, tanda bahwa mereka hidup di luar hukum Pemerintah Dunia yang korup dan absolut.

2. Topi Jerami

Topi Jerami ini bukan hanya sekadar aksesori. Namun, ini merupakan simbol dari sebuah janji suci antara Luffy dan idolanya, Shanks.


Bahkan Topi Jerami juga merupakan warisan dari Raja Bajak Laut Gol D. Roger yang telah dieksekusi mati oleh Pemerintah Dunia One Piece.


Topi jerami dengan karet merah ini juga mengubah simbol kematian menjadi simbol harapan, impian, dan petualangan.


Karenanya, secara esensial, Jolly Roger Topi Jerami yakni bendera yang menyatakan"Kami mungkin berbahaya bagi tatanan mapan Anda, tetapi kami hidup dengan terhormat demi impian dan kebebasan kami."

Lalu apa kaitannya dengan Kemerdekaan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus 2025 mendatang? 

Kaitannya dalam hal ini  terletak pada tema universal yang diusung One Piece yai perjuangan melawan tirani demi kebebasan.


Pasalnya, kisah utama One Piece adalah perjalanan Kru Topi Jerami melawan Pemerintah Dunia (World Government) dan kaum Naga Langit (Celestial Dragons).


Dalam hal ini, pemerintah Dunia digambarkan sebagai entitas penguasa absolut yang menutupi sejarah kelam, memberangus kebebasan, dan mempertahankan status quo yang tidak adil. 


  1. Melawan Kemustahilan

Kru Topi Jerami juga merupakan kelompok kecil yang berani menantang kekuatan terbesar di dunia. Ini menandakam semangat para pahlawan kemerdekaan yang dengan sumber daya terbatas berani melawan penjajah yang bersenjata lengkap. 


  1. Mengejar Impian


Deklarasi Luffy yang terkenal, "Aku akan menjadi Raja Bajak Laut!", bukanlah tentang kekayaan, melainkan tentang menjadi orang paling bebas di lautan.


Hal ini berarti gema dari proklamasi kemerdekaan—sebuah deklarasi untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, bebas menentukan nasibnya sendiri.


  1. Simbol Pembebasan


Di banyak alur cerita, bendera Topi Jerami dikibarkan sebagai tanda bahwa sebuah negeri telah dibebaskan dari tiran.


Sama halnya seperti bendera Merah Putih yang menjadi simbol bahwa Indonesia telah terbebas dari belenggu penjajahan.


Pengibaran Bendera One Piece Sebagai Bentuk Kritik kepada pemerintah.


Terkait hal tersebut, Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ade Marup Wirasenjaya,  memandang penyandingan kedua bendera tersebut sebagai simbol yang sarat makna.


 Ia menegaskan, bendera Merah Putih adalah simbol kenegaraan yang wajib dihormati, namun bendera One Piece juga merepresentasikan ekspresi sosial masyarakat yang tengah kecewa terhadap situasi politik dan penyelenggaraan negara.


“Pengibaran bendera bajak laut ini lebih tepat dilihat sebagai bentuk kritik sosial politik, bukan ancaman terhadap kedaulatan. Selama bendera One Piece itu tidak dikibarkan lebih tinggi dari Merah Putih dan hanya diposisikan sebagai simbol kritik terhadap penyelenggaraan negara, saya tidak melihat itu menggerus kedaulatan. Ini adalah ekspresi teguran terhadap dominasi kekuasaan dan ketimpangan sosial yang dirasakan masyarakat,” jelas Ade dikutip dari laman UMY, Senin (4/8/2025).


Menurutnya, fenomena pengibaran bendera One Piece ini muncul karena masyarakat sudah kehabisan ruang untuk menyuarakan kritik. Sehingga masyarakat memanfaatkan momentum peringatan kemerdekaan, yang secara simbolik sangat kuat, untuk menyampaikan pesan.


“Pesan simboliknya jelas kok, yaitu kemerdekaan jangan dibajak oleh segelintir elit. Istilah bajak laut di sini menjadi sindiran bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan pendiri bangsa jangan sampai dinikmati hanya oleh kelompok kekuasaan saja,” ucap dia.


Esensi dari kritik tersebut adalah mengembalikan semangat nasionalisme agar tidak terjebak dalam ritual dan seremonial belaka. Sebab nasionalisme itu bukan hanya sebatas selebrasi upacara tanggal 17 Agustus. Namun, roh kemerdekaan harus terinternalisasi dalam kebijakan, perilaku elit, dan aparat negara.


Untuk mencegah adanya penindasan terhadap bendera Merah Putih, Ade menyarankan agar negara tetap mengedepankan pendekatan regulatif dengan memperkuat sosialisasi aturan tentang penggunaan simbol negara.


“Regulasinya sudah ada, posisi bendera negara itu diatur dalam undang-undang. Pemerintah harus aktif mensosialisasikan ini. Tapi saya kira fenomena ini juga harus dilihat sebagai ekspresi budaya pop yang memuat pesan kritik sosial dan politik,” paparnya.


Lebih lanjut, Ade meminta agar fenomena ini dijadikan sebagai bentuk refleksi bersama bagi para penyelenggara negara agar tidak mengabaikan suara-suara kritis masyarakat yang disampaikan melalui berbagai ekspresi budaya.


“Masyarakat masih memiliki rasa cinta dan bangga terhadap negeri ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tidak sekadar merespons simbol, tetapi juga menangkap pesan-pesan substantif di baliknya,” tandasnya.

Tag

Memuat tag berita...